Selasa, 26 April 2016
Senin, 25 April 2016
Sejarah Madrasah
Sejarah Madrasah MA Islamiyah Bulurejo
Madrasah Aliyah Islamiyah adalah sebuah madrasah yang berada dibawah
naungan Pondok Pesantren yang telah berdiri sejak 1948, Madrasah ini didirikan oleh al-Mukarom Bapak K. Abdul
Syukur, perkembangan madrasah ini
mengalami pasang surut, hal ini dikarenakan adanya madrasah dan sekolah yang berstatus negeri
dan madrasah dan sekolah formal swasta di sekitar Madrasah Aliyah Islamiyah.
Setelah turunnya Piagam Pendirian Madrasah Nomor : Wm.06.04/PP.03.2/2118/SKP/2000 tertanggal 03 April tahun 2000, maka pengurus Madrasah bergerak cepat untuk
membenahi sarana prasarana dan sistem pendidikan di Madrasah Aliyah Islamiyah
Bulurejo Damarwulan Kepung Kediri,
tekad ini membawa dampak positif bagi perkembangan Madrasah dan status Madrasah mengalami peningkatan
yaitu mendapatkan status “Diakui” pada tahun 2001.
Hal ini menambah semangat
para pengurus untuk meningkatkan kualitas Madrasah Aliyah Islamiyah baik dengan
cara pembenahan kualitas guru maupun sarana prasarana yang ada, sehingga pada
tahun 2006 Madrasah Aliyah Islamiyah mendapatkan piagam Akreditasi sebagai Madrasah terakreditasi “B”. Kemudian pada
tahun 2011 Madrasah Aliyah Islamiyah di Akreditasi kembali oleh Badan
Akreditasi propinsi Jawa Timur dengan hasil “B” juga.
Kondisi ini membuat optimis
para warga Madrasah dan masyarakat sehingga peningkatan Madrasah Aliyah
Islamiyah tampak nyata sekali dengan bertambahnya jumlah siswa, selain itu Madrasah
mampu meluluskan siswanya dalam pelaksanaan Ujian Nasional serta diterima
diperguruan Tinggi Negeri dan Swasta dengan berbagai fakultas dan jurusan.
Minggu, 24 April 2016
Senin, 11 April 2016
MATERI KOLOID KELAS 11-IPA
KOLOID
2.1
PENGERTIAN KOLOID
Ada
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah
sistem koloid.
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/
pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan
koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm.
Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar.
Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang
masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut
juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800
s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
2.2
JENIS-JENIS KOLOID
Sistem
koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi
(fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi
padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi
cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. BUIH
(fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
– Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
– Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi
sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan
2.3
SIFAT-SIFAT KOLOID
o
Efek Tyndall
Efek
Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran
molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.
Efek
tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
o
Gerak
Brown
Gerak
Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel
koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka
semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
o
Absorpsi
Absorpsi
ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan
absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap
ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion
S2.
o
Muatan
koloid
Dikenal
dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
o
Koagulasi
koloid
Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi
tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
o
Koloid
pelindung
Koloid
pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
o
Dialisis
Dialisis
ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis.
o
Elektroforesis
Elektroferesis
ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan
arus listrik.
2.4
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Reaksi
dekomposisi rangkap
Misalnya:
Misalnya:
·
Sol As2S3
dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3
dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
·
Sol AgCl
dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Pemanasan
nitrat
Jika
dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida
logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai
contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti
magnesium nitrat mengalami dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan
1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama – menghasilkan
lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.
Akan
tetapi, nitrat dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi
sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) – menghasilkan logam
nitrit dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.
Semua
nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas,
satu-satunya yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa
terjadi. Semakin ke bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan
dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
Pemanasan
karbonat
Jika
dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk
oksida logam dan karbon dioksida.
Sebagai
contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti kalsium
karbonat terdekomposisi sebagai berikut:
Pada Golongan
1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama –
menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat
dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu
dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
2.5 KEGUNAAN KOLOID
2.5 KEGUNAAN KOLOID
Sistem
koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut
ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega, susu, saus salad
|
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
|
Berikut
ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan
Gula
Gula tebu
yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon.
Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid
tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna
putih.
2. Penggumpalan
Darah
Darah
mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat
lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan
Air
Air keran
(PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah
itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur
tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
3.1
KESIMPULAN
o
Partikel
koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall.
o
Jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
o
Koloid
dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang
besar.
o
Adsorpsi
ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
o
Muatan
partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
o
Penggumpalan
partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
o
Campuran
koloid dapat dipisahkan dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya melalui
dialisis.
o
Koloid
yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat
lemah.
o
Banyak
sekali produk industri dalam bentuk koloid, terutama karena dengan bentuk
koloid, maka zat-zat yang tidak saling melarutkan dapat disajikan homogen
secara makroskopis.
o
Pengolahan
air bersih memanfaatkan sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi. Pada
pengolahan air bersih digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin) dan
kapur.
o
Koloid
dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan
kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara
kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami
agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
o
Sabun dan
detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan
lemak ke dalam air.
Selasa, 05 April 2016
Senin, 04 April 2016
Jumat, 01 April 2016
Bahan Ajar MA Kelas X, XI, XII
Untuk mempelajari bahan ajar maupun mengunduh secara gratis, kunjungi alamat website berikut:
Langganan:
Postingan (Atom)